Kumi, panggilan untuk chikumi yang "terlahir kembali" setelah drama episode pertama yang cukup menguras air mata.
Anak ayam yang baru bisa menyampaikan ekspresi marah, sedih, lapar hanya dengan "cit cit cit" ini rupanya masuk ke alam sendu si sulung sampai ke level melow. Diadopsi beberapa detik selepas pintu keluar Kawung Tilu, sebuah objek wisata garapan warga setempat di 'planet' Bekasi, chikumi langsung menduduki kasta tinggi dalam lingkaran perhatian gadis kecil ini.
Tampak begitu ceria dan bersemangat untuk menceritakan keberadaan chikumi bahkan sampai diperkenalkan dalam sebuah sesie zoomeeting dengan guru dan rekan siswa lainnya bak perkenalan rekrutan baru PSG dan MU di awal musim ini. Euforia yang begitu kental tidak berhenti sampai di situ. Tata, sahabat karib yang berkedudukan beberapa meter dari tempat kami berteduh, diagendakan untuk segera bergabung selepas jadwal sekolah virtual siang itu. Benar saja, tak perlu menunggu jadwal ujian sekolah benar-benar usai, sahabat karibnya-pun datang menghampiri untuk melihat seperti apa chikumi yang digadang-gadang akan mampu memberi warna baru dalam perjalanan liga persahabatan mereka.
Ayok kita ajak berjemur..!!, pintanya
Sebagai seekor hewan, dimana tak satupun ayat diturunkan kepada mereka, chikumi telah terbang tinggi melewati dimensi tatanan kasta kehidupan. Perlakuan terhadapnya layaknya seorang putri yang diberikan kamar tidur di atas meja yang sudah disekat dengan beralaskan tisue, menu sajian air mineral dan voer ayam disajikan di atas mejad dan telah disiapkan untuk sekitar satu bulan ke depan. Embah di kampung pun telah di "woro-woro" klo nanti pulang kampung akan ajak chikumi maen.
Namun, manusia hanya bisa berencana... sekali lagi takdir menunjukkan jalannya sendiri....
Si nenek sapi, seekor kucing tua berwana putih belang hitam yang makan, minum, tidur, poops sampai aktivitas biologis lainnya di sekitaran rumah, tetiba menunjukkan kelasnya dalam rantai makanan kehidupan. Wuzzz... cit cit cit, si nenek sapi yang biasanya jinak itu berubah seolah harimau yang menerkam mangsanya dengan cepat. Ya,, chikumi yang sedang menikmati level tertinggi dalam tahapan kehidupannya dan asyik berjemur dalam sekejap mengalami perputaran nasib hingga seratus delapan puluh derajat setelah berakhir dalam cengkeraman gigi taring si nenek sapi.
Teriakan dan tangis kakak beradik yang ikut berjemur terdengar mengagetkan dan sontak membuat saya dan tetangga depan rumah bergegas untuk melihat peristiwa apa yang terjadi. Tak butuh waktu lama, koh Slamet sudah terlihat memegang sapu panjang untuk melepaskan chikumi dari cengkeraman nenek sapi yang lari ke kolong mobil.
Sementara proses evakuasi dijalankan, kakak beradik menangis sesenggukkan dan terlihat sangat terpukul melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana chikumi kesayangannya diterkam tepat di leher belakang bagian atas. Kakak dengan air mata bercucuran dan suara terbata-bata mencoba menceritakan runtutan kisah yang dialami cikhumi. Dede yang notabene ikut gandrung dengan kumi dan menjadi saksi bagaimana rantai makanan bekerja, tak kalah dalam memperlihatkan rasa sedih, kecewa dan marahnya.
Chikumi akhirnya tak tertolong lagi. Hewan yang baru saja menikmati kejayaan duniawi itupun pergi dan tak kembali lagi, meninggalkan lara dihati kakak beradik yang lagi menggandrunginya.
Aku benci kucing...!!!, Buang aj kucingnya...!!!!
Kesedihan dan kemarahan mereka semakin menjadi. Tangis sedih ini terdengar berbeda dengan tangis rengekan minta mainan ataupun tangisan akibat berantem. Intensitas kesedihan kakak beradek ini berlangsung cukup lama dan dalam magnitude yang cukup kuat. Ada sebersit kekhawatiran hal ini berdampak kurang baik pada anak-anak mengingat mereka melihat secara langsung aksi kriminal yang dilakukan oleh si nenek sapi terhadap anak ayam yang lagi lucu-lucunya.
Dibuang adalah cara sederhana agar anak ayam ini tidak menimbulkan bau, pikirku dalam hati. Namun, lagi-lagi fans dari anak ayam ini meminta agar jasadnya dimakamkan secara layak di depan rumah dan dibuatkan tulisan "RIP kumi."
Kembali ke introduksi, mudahnya kakak terbangun pagi ini ada dugaan kuat merupakan efek kausalitas dari "chikumi" yang "lahir kembali". Kemaren sore selepas maghrib, tetangga yang baek hati, koh Slamet perlahan mengetuk pintu dan dibalik pintu yang terbuka itu, ada seekor anak ayam mirip almarhum chikumi lengkap dengan kandang yang akan melindunginya dari terkaman kucing. Terimakasih koh.
*) pesan moral: belikanlah anak ayam untuk membangunkan anak orang 😐
Komentar
Posting Komentar